A

Mari, berlindap di sini saja

  • Klementinara

    Diterbitkan

    Hendaknya,
    kita menjadi sabar yang lautan
    dan maaf yang rimbun-hutan
    atas segala temu yang hilang
    dan abadinya perpisahan

    Ilmu ikhlas temunya sampai lelaku
    Tidak diawang tembus biru,
    atau perbal padu-padan sebagai tuju

    Layarkan!
    meski sendirian
    Dan meski ‘kan hancur kelelap
    atau sekadar mengambang
    pada serdadu laut yang gontai menggelang

    3 Mei 2019

  • Beda

    Diterbitkan

    Ini kenyataan. Orang yang tidak bodoh, tahu bahwa cinta memang tak perlu alasan — sejumput sekalipun. Kalau cinta sudah sesak alasan dan penjelasan, namanya berubah jadi barang dagangan — karena barang dagangan selalu punya alasan untuk diperjualbelikan.

    Padahal cinta bukan barang, apalagi untuk didagangkan. Ia tak bisa dibeli, dijual, diminta, ditawar, dan ditolak — bisanya cuman diberi dan diterima dengan keikhlasan, bukan paksaan.

    Mengapa cinta tak bisa ditolak? Jelas saja, kita dengan mudahnya bisa menolak pinangan orang lain, tapi tak pernah bisa menolak cintanya. Jelas ini dua hal yang berbeda, namun seringnya disama-samakan. Dengan kata lain, kita tidak bisa menghalang-halangi orang lain buat mencintai kita. Itu haknya. Nikmati saja.

  • Kaget

    Diterbitkan

    Temanku pernah berkelakar dalam
    air matanya yang sudah lama menguap:
    “Kematian selalu datang mengagetkan,
    sebanyak apapun pertanda yang datang.”

    Ucapannya mengagetkan.
    Bukan karena tak ada hal lain
    yang mengagetkan
    Justru, hidup selalu mengagetkan.

    Sebagaimana juga,
    sore itu, sandal yang baru kupinang
    dari toko hilang diambil orang,
    beriring kabar dari seberang,
    Bapakku hilang diambil Tuhan.

    Sibangkaja, 22 Maret 2018

  • Penyakit yang Datang

    Diterbitkan

    I

    Penyakit yang datang
    janganlah buru-buru layang
    Beri aku cukup waktu
    untuk amatimu
    Merinci gejala
    menelisik titik belanga
    pada susu yang merah

    Ini waktunya jelajahi
    diri sendiri
    Menjeli lambatnya kehidupan
    di dalam pesakitan
    Nyala-redup yang bergantian sama kuat
    pada waktu yang melingkar dan kadang kusambat

    Penyakit yang datang
    tanpa atau sadar kuundang
    kau kusambut tanpa tendang
    Kelak kau kupukul
    setelah amatan terkumpul
    Dan Tabib yang datang
    kusambut tanpa urat tegang
    Tapi kupukul
    jika manjur katamu, ternyata asal dan tumpul

    II

    Penyakit yang datang
    mungkin ini terdengar malang
    jangan meregangku dengan tegang
    Apalagi saat sumbu-sumbu pada batin
    masih tersimpan, tegak memilin

    Aku hendak membakarnya supaya tak bersisa
    Membara karena sumbu, tau tanpa jembatan nyala
    Supaya sumbu tak bisa lagi dipilin
    hangus tak tersalin

    Kelak, reganglah aku dengan tenang
    seperti matahari setengah terbit setengah tenggelam
    Dan detik itu aku hanya bisa mengenang
    apa saja yang telah kubakar pada silam

    Sibangkaja, Februari 2018

  • Bugil

    Diterbitkan

    aku ingin kita telanjang
    baik di batin pun di ranjang
    aku ingin kita membugili diri sendiri
    agar tak menumpuk kebenaran yang ditutupi

    2017

  • Micin

    Diterbitkan

    Jangan remehkan aku
    Karena akulah haluan sedap bagimu
    Akulah penyatu
    Antara lidahnya dengan lidahmu

    Meniadakanku
    Masalah bagi sedapnya isi piringmu
    Karena kau masih makan dari tangan kroni-kroniku
    Masih mau?

    Akulah penyatu
    Antara lidahnya dengan lidahmu
    Menyisakan haus sepanjang waktu
    Hingga piring selanjutnya, kau tak lagi menyadari keberadaanku

    2016

  • Menetes Begitu Saja

    Diterbitkan

    bertanyalah seperti air stalaktit
    tak basa-basi, menetes begitu saja
    terjun ke kedalaman gua diri
    dan mengendapkan senyawa-senyawa mineral di relung

    serbuan sabar stalaktit itu
    mencipta temu kepada stalakmit
    demikianlah jawaban
    menjulang sejajar pertanyaannya
    sebagian lurus di pikiran,
    sebagian lainnya penuh misteri
    tanpa takut sejumput, sekira-kira atau sejangkung

    2016

  • Untuk Ytk.

    Diterbitkan

    Kekasih adalah manusia.
    Secara normatif ia mengikat janji denganmu,
    tapi sejatinya tak pernah menjadi milikmu.
    Karena satu-satunya yang kamu miliki:
    ya cuma dirimu.

    Keputusannya adalah keputusannya.
    Kamu cuma bisa mengatakan pendapatmu saja,
    tanpa memaksanya.
    Dan mengikhlaskan keputusannya,
    adalah caramu memanusiakannya.
    Karena Kekasih adalah manusia.

    2015

  • Dengar

    Diterbitkan

    Pria paruh baya,
    jemarinya memetik rambut senar gitar tua
    Lantas kelima indera kami
    Jatuh cinta pada harmoni
    Coto kian nikmat

    Damai merajut hingga tengkuk
    dan belikat.
    Receh dan uang kertas yang ia perlu.
    Lebih dari itu, pria itu butuh didengarkan
    Manusia mana yang tak
    ingin didengar?

    Salatiga, 2015

  • Jatuh Cinta Pada Berita Pertama

    Diterbitkan

    Bila harus mengaku,
    inilah puisiku
    Cinta jatuh dari mataku,
    dan turun ke layar hapeku
    yang saat itu membaca berita perdanamu, oh Wartawanku

    Selesai baca.
    Yang ada di benakku
    berikut: dirimu
    bukannya evaluasi tulisanmu

    Kusodorkan tulisanmu
    pada teman yang sedang menonton filem biru
    ia angguk-angguk saja, macam tak tertarik begitu

    Dari layar hape,
    cinta turun lagi
    menuju tempat beku
    yang kini tiap harinya jadi tempat kita melebur air liur

    2015