A

Mari, berlindap di sini saja

Kuyup

Diterbitkan

Untuk Yang Tersayang Nona Mujiati

Kulayarkan bayu rindu ini
agar menjadi awan di atas sana
bersama gugusan awan lain
yang menanti gilir menari alam
bersama angin

Kukatakan kepada angin:
“Angin, kirimkan awan ini
kepada angin di sana.”
Angin bergeming,
Ia mengembus.

Mungkin alamat dan nama penerimanya
kurang jelas,
maka kukatakan lagi padanya:
“Angin, kirimkan awan ini kepada
angin di sana. Supaya angin di sana dapat
mengantarnya ke
Nona yang kurindu.”
Angin bergeming,
ia mengembus.

Kali ini embusnya lebih terasa,
ia menyelinap
masuk ke pelupuk mata,
membuatnya agak perih,
berair.

Sialan juga ini angin, batinku
Sengaja, rindu ini tidak
kutitipkan pada burung-burung
juru sampai.
Sebagaimana mereka pernah
begitu karib dengan kita,
menyanyikan pesan cita, duka dan perang
kepada tujuannya.

Kini mereka lebih banyak
menyanyi dari dalam sangkar
dan dari dalam celana
dari dalam sangkar bapak-bapak
tak berotak, tak bercelana.

Kukatakan lagi pada angin:
“Tolong sampaikan awan ini
kepada Nona yang kurindu.
Awan ‘kan turun merenda
kepadanya,
supaya kuyup Nona dan mengerti
betapa rindu ini menangis.”
Angin bergeming,
ia mengembus.

Angin berembus,
aku bergeming.
Permohonanku pupus
seperti putik randa tapak,
tertiup meninggalkan tangkainya.
Awan kecil di atas sana
turun merenda,
membasahi tangisku sendiri.
Barangkali,
Nona yang kukenal sudah mati
dilahap keji sipir
ditelan nyanyian-nyanyian getir
dari dalam sel.
Angin mengembus,
hujan belum berhenti.

2022